Lembaga Riset Internasional Bidang Lingkungan dan Perubahan Iklim (LRI-LPI) IPB University mengajak Pusat Studi Reklamasi Tambang, Gyeongsang National University (GNU) Korea Selatan, dan BSIP Lingkungan Pertanian, Kementerian Pertanian, untuk menjalin kerjasama dalam penelitian penggunaan pupuk silikat guna meningkatkan produktivitas padi serta menekan emisi gas metana (CH4). Kami menandai kesepakatan ini dengan penandatanganan surat perjanjian kerjasama (SPK) antara Prof. Dr. Rizaldi Boer dari LRI-LPI dan Prof. Kim dari GNU. Kami melaksanakan penelitian kolaborasi ini di lahan persawahan di Kabupaten Karawang. Dr. Ir. Suwardi, M.Agr, dosen Ilmu Tanah IPB, menjelaskan bahwa kami melakukan penelitian untuk menguji pengaruh pupuk silikat terhadap produksi padi sawah dan emisi gas metana di Karawang dengan menggunakan pupuk silikat dari limbah pengolahan baja. Kami berharap dapat mencapai peningkatan produksi padi dan penurunan emisi gas metana.
Selain itu, penelitian ini menemukan bahwa penggunaan pupuk silikat pada tanaman padi di Karawang dapat meningkatkan hasil panen hingga 18%. Silikat meningkatkan penyerapan unsur hara dan memperkuat batang padi. Kami melihat bahwa silikat memberikan manfaat ganda dengan meningkatkan penyerapan unsur hara dan menguatkan batang padi. Akibatnya, tanaman menjadi lebih produktif serta tahan terhadap hama dan penyakit.
“Hasil panen penelitian menunjukkan produktivitas padi mencapai 7,6 ton/ha, lebih tinggi dari rata-rata 6,5 ton/ha di Desa Cilebar,” ujar Kinkin, penyuluh pertanian setempat. Oleh karena itu, peningkatan ini dapat mendorong petani menggunakan pupuk silikat karena harganya yang ekonomis.
Selain meningkatkan hasil panen, kami berharap pupuk silikat juga akan menurunkan emisi gas metana. Saat ini, para peneliti melakukan pengukuran dan mencatat penurunan emisi gas metana akibat penggunaan pupuk silikat. Mereka juga mengevaluasi kecenderungan ini untuk memastikan efektivitasnya dalam mengurangi emisi. Kecenderungan penurunan ini sedang dipantau untuk memastikan efektivitas pupuk silikat dalam mengurangi emisi. Dengan demikian, penggunaan pupuk silikat di Karawang menjadi contoh nyata penerapan teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Kami berupaya mengimplementasikan teknologi ini secara lebih luas. Kami juga berharap pihak terkait akan menerapkan teknologi ini di berbagai area untuk mencapai hasil yang maksimal. Dengan penerapan yang lebih meluas, kami yakin bahwa produktivitas padi akan meningkat, emisi gas metana akan berkurang, dan kesejahteraan petani akan membaik.
Kami mengembangkan model penelitian ini di Karawang sebagai lumbung pangan nasional. Kami melanjutkan penelitian untuk tanaman musim berikutnya guna memantau efek residu pupuk silikat. Ir. Hermanu Widjaja, M.Sc.Agr, peneliti di Pusat Studi Reklamasi Tambang, menyatakan bahwa kami akan menggunakan penelitian ini sebagai model untuk penelitian dan pengembangan teknologi pertanian yang ramah lingkungan.